Aktifitas keseharian kita kerap bersinggungan erat dengan penggunakan teknologi kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan artificial intelligence (AI). Misalnya saja memesan kendaraan online maupun menemukan alamat yang dituju. Teknologi ini mampu mencari supir terdekat, menghitungi biaya perjalanan Anda, hingga mengarahkan jalan untuk menghindari three in one.

Tentu saja kemampuan AI tidak terbatas pada kedua fitur tersebut. Masih banyak aktifitas manusia lainnya yang berkaitan dengan teknologi ini.

Apa Sebenarnya Artificial Intelligence Itu?

Bila beberapa fiksi ilmiah Hollywood membingkai AI sebagai robot seperti dalam film ‘Her’ yang dibintangi Joaquine Phoenix dan Scarlette Johansson, pada kenyataannya AI tidak melulu berbentuk robot dengan tampilan fisik menyerupai manusia. Ia bisa berupa apa saja. Mulai  dari algoritma pencarian Google, Watson IBM hingga senjata otonom.

Dalam laman bernardmarr.com, seorang penulis bisnis internasional terlaris di dunia bernama Bernard Marr menuturkan bila seyogyanya konsep dari AI sendiri berubah dari waktu ke waktu. Namun pada intinya, AI merupakan teknologi yang dapat berpikir menyerupai manusia dan juga melakukan tugas-tugas manusia.

AI dikategorikan menjadi 3, artificial narrow intelligence (ANI) atau yang disebut juga AI lemah, artificial general intelligence (AGI) atau AI kuat, dan artificial super intelligence (ASI) atau AI super.

Disebut AI lemah karena ia dirancang untuk melakukan tugas dengan ruang lingkup sempit. Misalnya seperti pencarian internet, pengenalan wajah maupun mengendarai mobil. Demikian penuturan Daniel Mikelsten dalam bukunya ‘Kecerdasan Buatan: Revolusi Industri Keempat’

Sementara AGI, bisa diistilahkan dengan AI yang kecerdasannya setara dengan manusia. Ia bisa melakukan berbagai aktifitas manusia sehari-hari, seperti membuat kopi bahkan hang out bersama teman-teman.

Sedangkan ASI memiliki kemampuan yang lebih superior dibandingkan manusia.

Artificial IntelligenceI Bukan Penemuan Baru

Jauh sebelum AI hadir dalam berbagai ‘bentuk’ yang menunjang segala aktifitas manusia, Prof. Dr. Widodo Budiharto, S.Si.,M. Kom., IPM, Guru Besar dalam bidang kecerdasan buatan dari Universitas Bina Nusantara Jakarta dalam paparannya berjudul AI for Beginner, menyebutkan bila ide mengenai kecerdasan buatan diawali pada abad 17, ketika Rene Descartes, seorang filsuf dan matematikawan Prancis  mengemukakan bahwa tubuh hewan bukanlah apa-apa melainkan hanya mesin-mesin yang rumit.

Namun bila berbicara tentang AI, John McCarthy merupakan sosok yang dikenal sebagai ‘Bapak AI’. McCarthy yang merupakan dosen di Universitas Stanford dan MIT, mendirikan lembaga penelitian kecerdasan di dua kampus tersebut.

Di lembaga-lembaga itulah bermunculan inovasi pengembangan AI yang meliputi bidang human skill, vision, listening, reasoning dan movement of limbs.


Artificial Intelligence Dalam Access Control Thermal Camera

Cabang AI yang saat ini banyak dipelajari adalah deep learning (pembelajaran mendalam). Face recognition yang merupakan implementasi deep learning, memiliki kemampuan mengenal wajah dari gambar digital atau frame video.

Caranya dengan mengidentifikasi seseorang dengan fitur-fitur khusus pada tubuh maupun DNA yang membedakan satu orang dengan yang lain.

US Government Accountability Office menyebutkan komponen yang dibutuhkan untuk melakukan facial recognition adalah kamera, faceprint, database dan algoritme yang berfungsi untuk membandingkan faceprint dari wajah seseorang dengan faceprint dalam database.

Di masa pandemic Covid-19 ini, facial recognition hadir dalam sebuah produk pengukur suhu manusia. Seperti yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri, salah satu poinnya mengatakan bila pengukuran suhu tubuh dilakukan di pintu masuk tempat kerja.

Alat ini akan memberitahukan bila kondisi tubuh seseorang dalam keadaan normal ataupun tidak. Dan secara otomatis pula apabila seseorang dalam keadaan kondisi suhu tubuh abnormal, ia tidak bisa memasuki ruangan karena pintu terkunci.

Kemampuan mesin ini tidak hanya sebatas body thermal recognition. Tugasnya sebagai pengenal wajah maupun masker wajah, akan mampu mengenal seseorang meskipun ia menggunakan masker. Misalnya saja tamu VIP. Ia tak perlu ikut mengantri namun bisa langsung masuk menggunakan pintu dan lift khusus.

PT iKonsultan Inovatama (iKon) sebuah perusahaan manajemen IT yang berdiri sejak 2002, mengembangkan sistem dalam mesin ini. Salah satu caranya adalah membundling dengan sistem absensi yang berhubungan erat dengan payroll.  Dengan demikian akan mempermudah kinerja tim human resource.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi kami via email di info@ikonsultan.com.[*]

Photo by Markus Winkler on Unsplash

Leave a Comment